RSS

Burung Itu Tidak Dapat Terbang Hanya Dengan Satu Sayap

ada yang aneh dengan saang burung akhir akhir ini. aku tidak pernah melihatnya sekacau ini. terkadang ia terlihat sangat sedih. tapi kadang ia terlihat senang. tapi sejauh pemantauan ku, sesenang apapun ia saat itu, selalu ada kesedihan yang terpancar dari mata nya. aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan sang burung. burung itu tidak pernah seceria sebelumnya. apa yang sebenarnya terjadi pada sang burung? aku tidak berani menanyakan langsung pada nya. aku akan menunggu nya hingga ia benar benar ingin menceritakannya padaku. aku tidak akan memaksanya untuk bercerita.

hingga suatu hari, ia datang padaku dengan tatapan yang sangat kacau. ia berkata padaku ia sudah tak tahan lagi. dan lagi lagi ia menyalahkan dirinya sendiri..

ia mengatakan padaku bahwa ia sangat merasa bersalah. ia terlalu memikirkan ego nya sendiri akhir akhir ini. ia telah menyakiti orang yang sangat ia sayangi. ia telah memaksa sang singa yang harus mengikuti ego dan kehendaknya saat itu.

mungkin awalnya memang sang burung lah yang selalu terus berusaha untuk sang singa. tekadnya untuk memperbaiki semuanya sudah bulat. ia tidak ingin kehilangan sang singa. ia sangat sayang pada sang singa. semua usaha ia lakukan walau saat itu sang singa tidak mempedulikannya. semua usaha yang bisa ia lakukan, ia terus lakukan untuk sang singa. setauku, ia tidak pernah terlalu seperti ini pada seseorang. kalian tau? dulu dia sangatlah pemarah. ia tidak memperdulikan apa yang orang lain rasakan. ia hanya memperdulikan ego nya sendiri. dan orang orang yang berada di peredarannya saat itu sangatlah sabar menghadapinya. mereka selalu memaafkannya walaupun apa yang ia lakukan sangatlah menyakiti hati mereka. burung itu dahulu sangat jauh berbeda dengan sekarang. ia benar benar berbeda. mungkinkah ini yang dinamakan dengan kasih sayang yang tulus?

sampai akhirnya setelah beberapa lama, sang singa akhir nya kembali seperti biasa. sang singa menggap sang burung ada lagi sekarang. sang burung sangat senang dengan hal itu. tapi ia juga bersedih. sang burung dapat melihatnya bahwa sang singa hanya berpura pura. banyak yang berubah pada sang singa. mata itu sudah tidak sama  lagi. ada yang berubah dari mata itu. ya.. cara sang singa menatap sang burung sudah tidak lagi sama. sang burung sangat sedih dengan hal itu. tatapan mata yang selalu ia rindukan itu sudah tidak ada lagi. tatapan mata yang sangat ia sukai sudah hilang entah kemana. ia tau itu semua karena ulahnya kemarin, dan hal itu membuatnya menyalahkan dirinya sendiri lagi..

mungkin sang singa ingin terlihat biasa saja di depan sang burung ataupun di depan kawanannya. tapi sang burung dapat melihat itu, ia dapat melihat kepura puraan dari sang singa. setiap kali ia melihat kepura puraan itu, setiap saat itu juga ia menyalahkan diri nya sendiri.

ia sempat berpikir untuk menyudahi semuanya. ia tidak bisa melihat sang singa yang terus berpura pura. ia tidak bisa melihat sang singa yang terus memaksakan diri. ia tidak bisa melihat sang singa yang terus menerus merasa sakit hati karena ego nya. ia tidak bisa melihatnya terus seperti ini. bukan kah jika kita menyayangi seseorang, kita akan selalu mengutamakan kebahagiaan orang tersebut dibanding kebahagiaan diri kita sendiri? kita akan melakukan apa saja agar orang itu bahagia bukan? ya sang burung sangat mengetahui hal itu. tapi sang burung selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia akan bisa memperbaiki semuanya. ia akan berusaha sampai ia benar benar sudah tidak dapat berusaha lagi. sang burung tau, sekeras apapun hati dan pendirian sang singa pada saat itu, suatu saat nanti pasti akan luluh. walaupun kemungkinannya sangat kecil, tapi kemungkinan itu masih tetap ada bukan? harapan itu masih tetap ada..

sebenarnya ia sudah tidak tahan terus menerus menyakiti hati sang singa. ia sudah tidak dapat melihat sang singa terus berpura pura. ia sudah sangat merindukan tatapan itu. tatapan sang singa pada sang burung saat mereka masih saling menyayangi seperti sebelumnya. tatapan sebelum sang burung melakukan kesalahan itu..
dan sang burung punmenyalahkan diri nya sendiri lagi..

ia mengatakan padaku, bahwa bagian awal dari sebuah hubungan adalah mengenali sifat dari pasangannya satu sama lain. dan yang ia tau, hingga saat ini, ia masih dalam tahap itu. tahap dimana ia masih ingin mengenali sifat sang singa dan kepribadian sang singa lebih dalam. tapi apakah sang singa melakukan hal itu juga pada sang burung? atau hanya sang burung yang melakukannya sendiri? hanya sang singa yang tau akan hal itu..

kalian tau apa itu singa? ya.. singa adalah raja hutan. dan saat itu, ia sudah naik tahta. ia sudah menjadi pemimpin di peradabannya. ia menjadi orang yang sangat penting saat itu. lalu apakah kalian tau apa yang dirasakan sang burung saat itu? sang burung pasti lah sangat bangga pada sang singa. tapi ada pancaran kesedihan akan hal itu. ia sempat berpikir bahwa sang singa sudah tidak membutuhkan sang burung lagi sekarang. ia masih ingat pada saat pertama kali sang singa akan membagi singgasana nya dengan sang burung, sang singa itu menawarkan pada sang burung apakah sang burung mau menemaninya dari titik nol sang singa hingga nanti. dan sang burung sadar, bahwa sekarang sang singa sudah tidak berada di titik nol nya. sekarang sang singa sudah berada di titik puncak dalam hidupnya. sang singa sudah berada di titik tertinggi yang bisa ia raih saat itu. karena hal itulah sang burung berpikir bahwa sang singa sudah tidak membutuhkannya lagi. tugas sang burung sudah selesai. tugas sang burung untuk menemani sang singa dari titik nol nya hingga titik tertinggi yang bisa ia raih, sudah selesai.. sang singa sudah tidak membutuhkannya lagi..

dan jika kalian tau, sebenarnya sang burung lebih menyukai sang singa yang sebelumnya. ia lebih menyukai sang singa yang belum menjadi siapa siapa. sang singa yang masih berada di titik nol nya dan dapat sang burung temani untuk mencapai titik tertinggi yang bisa ia raih. sang burung merindukan sang singa yang belum menjadi siapa siapa. karena sekarang, disaat sang singa mencapai titik tertingginya, sang singa berbeda. ia berubah..


tapi yang aku heran dari sang burung adalah walau ia berpikir demikian, ia tetap terus berusaha untuk sang singa. sesering apapun sang singa membuatnya kesal, maka sesering itu pula sang burung mencoba untuk bersabar. sesering apapun sang singa menyulut kemarahannya dengan etika sang singa sendiri, maka sesering itu pula sang burung mematikan api yang dapat menyebabkan pertengkaran itu. sesering apapun sang singa menyuruh sang burung untuk pergi, sesering itu pula sang burung mencoba untuk tetap tinggal. sesering apapun sang singa bertingkah laku seperti sudah tidak membutuhkan sang burung lagi, sesering itu pula sang burung mencoba untuk tetap ada untuk sang singa dalam keadaan sesulit apapun itu.

burung burung lain yang melihat keadaan sang burung saat itu mengatakan untuk melepaskan sang singa dan membiarkan sang singa untuk bebas melakukan apa yang sang singa inginkan tanpa sang burung. burung burung lain mengatakan bahwa sang singa sudah kelewat batas. ia sudah tidak memperdulikan sang burung lagi. tingkah laku dan etika sang singa sudah tidak untuk di maafkan lagi. sang singa egois dan terlalu memikirkan ego nya sendiri tanpa melihat usaha yang telah sang burung lakukan. tapi sang burung tetap pada pendiriannya. ia tetap tinggal untuk sang singa..

sorot mata sang burung saat itu, tidak pernah aku melihatnya sebelumnya. sorot mata itu benar benar memancarkan sakit yang ia rasakan. disaat aku bertanya mengapa ia terlihat begitu sakit saat itu, lalu ia menjawab, "setiap kali aku melihatnya sakit, aku akan merasakan sakit yang lebih dalam. jika memang sakit itu timbul karena akulah penyebabnya, maka sakit yang aku rasakan akan lebih berkali lipat dari yang ia rasakan. mungkin ia tidak mengetahui hal itu, tapi itulah yang benar benar aku rasakan. aku tidak bisa menunjukan sakit yang aku rasakan di depan dia. aku tidak ingin ia tau sakit yang aku rasakan melebihi apa yang ia rasakan. cukup aku saja yang merasakannya. aku sangat menyayangi nya. aku benar benar tidak ingin kehilangannya. aku tidak siap untuk kehilangannya. tapi aku tidak bisa melihatnya seperti ini terus menerus. aku tidak bisa.."

saat itu, aku pun bertanya pada nya mengapa ia tetap mempertahankannya jika memang sudah tidak mungkin untuk dipertahankan. bukankah dalam sebuah hubungan tidak bisa hanya seorang yang berusaha sedangkan yang lainnya merasa tidak ingin diperjuangkan? bukankah dalam sebuah hubungan melibatkan dua orang bukan hanya satu orang yang terus berjuang? itu sama saja seperti burung yang terbang hanya dengan satu sayap bukan? sekeras apapun burung itu mencoba untuk terbang, sesering apapun usaha yang ia lakukan untuk mengepakan sayapnya, ia tidak akan pernah mencapai posisi tertinggi, atau bahkan ia memang tidak akan dapat terbang. semua usaha  yang burung itu lakukan untuk terbang tetap tidak akan menghasilkan apa apa. burung itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri. hubungan yang seperti itu bukanlah hubungan yang baik.

saat aku bertanya pada sang burung akan hal itu, ia lalu melihat padaku dan menatapku tepat pada mataku, dengan sangat yakin ia berkata padaku:

"aku akan terus berusaha hingga aku benar benar sudah tidak dapat berusaha lagi untuknya. mungkin dapar diibaratkan dengan sebuah batu karang, sekeras apapun batu karang, lama lama ia akan luruh juga oleh air ombak. aku yakin, sekeras apapun dinding pertahanan yang ia bangun, lama lama akan runtuh dengan perlahan. walaupun sangat sedikit harapan yang aku punya akan hal itu, tapi harapan itu masih tetap ada bukan? mungkin sekarang aku dan dia harus melewati sakit ini, tapi aku yakin, setelah kita berdua dapat melaui sakit ini, kita akan benar benar merasa hidup kembali. kamu tau? sesuatu yang memang benar benar worth it, tidak akan mudah untuk didapatkan. pasti akan ada banyak cobaan yang kami alami. dan aku yakin, bahwa ia worth it untukku perjuangkan. bahwa kami  memang worth it. ini hanyalah masalah waktu.."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment