RSS

Alunan Nada Itu Kembali Menjadi Seperti Semula.. Benarkah?

kotak musik itu masih tetap tersimpan rapih di tempatnya hingga saat ini. walaupun terdapat sedikit debu yang menyelimutinya, karena sudah lama tidak tersentuh, tapi kotak musik itu masih tetap disana, di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, namun anak perempuan itu tidak tau apakah nada yang dialunkannya masih sama seperti awal ia membukanya atau seperti terakhir kali ia membukanya..

saat terakhir kali perempuan itu membuka kotak musik tersebut, tiba tiba terdapat sesuatu hal yang aneh yang terjadi pada kotak musik itu. malam itu, anak perempuan itu sangat merindukan alunan nada yang dikeluarkan oleh kotak musik tersebut, ia berniat untuk membukanya dan menikmati kenyamanan yang diberikan oleh kotak musik itu setelah beberapa lama ia tidak pernah merasakannya. namun malam itu, ketika ia membuka kotak musiknya, alunan nada yang dikeluarkannya berbeda dari biasanya. alunan nada itu terdengar asing di telinga anak perempuan itu. anak perempuan itu mengetahui bahwa rangkaian nada yang dialunkan merupakan rangkaian nada sebuah kebahagiaan, tapi entah mengapa, nada yang dirasakan oleh anak perempuan itu menjadi kebalikannya, menjadi nada yang membuatnya bersedih. ia mencoba berkali-kali menutup dan membuka kembali kotak musik itu agar rasa itu berubah, tapi ternyata tetap tidak ada perubahan apapun. akhirnya ia lelah mencoba dan membiarkan alunan nada tersebut menyelimuti perasaannya yang membuatnya menjadi bersedih. semakin lama nada itu ia dengarkan, semakin lama ia menghayati setiap nadanya, semakin anak perempuan itu menyadari bahwa sebenarnya alunan nada yang dimainkan kotak musik itu masih tetap sama, tidak ada perubahan dari saat ia pertama kali membuka kotak musik itu. namun yang membuatnya berbeda adalah ia sadar bahwa alunan nada itu sudah bukan diperuntukkan untuk dirinya lagi, atau bahkan mungkin memang dari dulu, alunan nada itu memang tidak pernah diperuntukkan untuk dirinya..

dan semenjak saat itulah ia sudah tidak lagi membiasakan dirinya untuk mendengarkan alunan nada dari kotak musik itu.

walaupun sebenarnya alunan nada itu masih selalu terekam jelas dalam ingatannya, ia menjadi mulai terbiasa untuk tidak mendengarkan alunan nada dari kotak musik itu. karena dalam pikirannya, jika ia nanti sudah terbiasa dengan tidak mendengarkan alunan nada dari kotak musik tersebut, ia akan menjadi bisa hidup tanpa kotak musik tersebut, meskipun jauh di dalam hatinya, masih terdapat keengganan, keengganan yang sangat untuk menjadi terbiasa tanpa kotak musik itu.

sampai akhirnya pada suatu hari, ketika anak perempuan itu sedang disibukkan dengan kegiatannya, entah darimana, ia mendengar kembali alunan nada yang sempat hilang itu, alunan nada yang sangat ia rindukan, alunan nada yang ia coba untuk membiasakan diri agar tidak mengiringi kesehariannya lagi, alunan nada dari kotak musik itu..

entah ada maksud apa, tiba-tiba kotak musik itu ada disana.. terbuka.. dan memainkan alunan nada itu lagi..

air mata mengalir begitu saja di pipi anak perempuan itu. ia menangis.. mengapa ia menangis? apakah ia bersedih? kenapa ia harus bersedih? tunggu! ternyata itu bukan air mata kesedihan, itu merupakan air mata bahagia..

semenjak terakhir kali ia membuka kotak musik itu, ia sudah tidak pernah menangis. mungkin lebih tepatnya ia sudah tidak bisa menangis. ia mati rasa. sampai akhirnya, pada hari itu.. air mata itu mengalir begitu saja tanpa bisa dikontrol olehnya.
air mata itu menjadi simbol kerinduannya selama ini akan kotak musik itu, akan alunan nada yang dikeluarkan kotak musik itu.
air mata itu menjadi simbol bahwa ia masih memberikan ruang arti yang sama walaupun ia pernah merasa sangat sakit hati tapi ia mampu memaafkan kotak musik itu.
air mata itu menjadi simbol bahwa benteng pertahanan yang telah ia bangun semenjak kepergian alunan nada itu, menjadi hancur kembali.
air mata itu menjadi simbol bahwa ternyata rasa itu masih tersimpan disana.
bahwa sebenarnya selama ini ia hanya menyimpan rasa itu, bukan membuangnya..

setelah beberapa kali ia mendengarkan kembali alunan nada dari kotak musik tersebut, pada moment seperti itu, seharusnya anak perempuan itu merasa bahagia. namun kenyataanya, ia tidak menunjukkan emosi apapun, ia tidak terlihat bahagia, namun ia juga tidak terlihat bersedih. ada apa dengan anak perempuan itu? apakah ada yang salah?

satu malam itu, setelah anak perempuan tersebut mendengarkan kembali alunan nada dari kotak musik itu, ia mulai berpikir dan menanyakan pertanyaan-pertannyaan pada dirinya sendiri.

"aku sudah mulai dapat merasakan lagi sekarang, merasakan rasa yang sempat hilang akhir-akhir ini. jika bisa dikatakan, aku merasakan kembali bahagia, bahagia yang sangat, bahagia yang sesungguhnya. tapi apakah aku harus merasa bahagia setelah mengalami hal ini? maksudku, apakah aku boleh merasa bahagia? aku takut untuk merasa bahagia lagi. karena seperti yang sudah sudah, disaat kita bahagia, terdapat kemungkinan yang sangat besar bahwa kita akan merasakan sakit lagi, bukan? aku tidak mau merasa sakit lagi jika aku boleh memilih. aku tidak sanggup melewati fase itu lagi. iya aku tau, Tuhan menciptakan semuanya berpasangan, termasuk rasa bahagia dan sedih, termasuk datang dan pergi, termasuk menyayangi dan sakit hati. karna hal tersebut, aku menjadi bertanya-tanya kembali apakah aku memang boleh untuk bahagia? tapi aku tidak sanggup bila harus merasakan sakit lagi. apakah bisa aku hanya meminta kebahagiaan saja tanpa harus merasakan pasangannya? aku tau itu tidak adil. aku tau bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.. tapi aku mohon Tuhan, jika aku diperbolehkan untuk merasa bahagia lagi, aku mohon untuk tidak menyertakan pasangannya bersamanya, Tuhan. aku sudah tidak sanggup. Tuhan, apa mungkin lebih baik jika aku memilih untuk tidak merasakan apa-apa? dengan tidak merasakan bahagia, mungkin aku tidak akan merasakan sedih nantinya. aku tau Tuhan, ini pemikiran yang salah, tapi sepertinya memang lebih baik seperti itu, lebih baik untuk tidak merasakan apa apa, benar kan?"

begitulah kurang lebih yang dipikirkan oleh anak perempuan itu. sehingga itulah yang menjadi alasan baginya untuk dirinya mencoba tidak merasakan apa apa.

suatu malam, pernah ada yang mengatakan kepada anak perempuan itu seperti ini :

tidak perlu memperudulikan apakah orang lain menghargai usaha kita atau tidak, yang terpenting adalah kita mampu untuk menghargai usaha kita sendiri.

kata kata itu memiliki makna yang begitu luas. seperti misalnya, disaat kita melakukan sesuatu untuk seseorang, mengusahakan sesuatu untuk seseorang, kita tidak boleh mengharapkan bahwa orang tersebut akan melakukan hal yang sama pada kita. bahkan untuk sekedar menoleh dan mengatakan terimakasih pada kita pun, kita sudah seharusnya tidak mengharapkannya. kata-kata itu mengajarkan kita untuk ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan.

namun kata-kata itu juga mengajarkan pada kita bahwa dalam berusaha untuk orang lain, atau mengusahakan orang lain, kita seharusnya mampu menghargai usaha kita yang telah dilakukan. maksudnya, ketika kita sudah merasa bahwa kita sudah cukup berusaha, sudah cukup mengusahakan seseorang, tapi orang tersebut masih tetap tidak menghiraukan, tidak menghargai atau selalu merasa kurang dengan usaha yang telah kita lakukan, atau bahkan mungkin terlalu terlena karena selama ini selalu diusahakan sehingga ia tidak pernah mau berusaha, maka pada saat itulah saatnya kita untuk mulai menghargai usaha usaha yang telah kita lakukan. saat itulah kita harus menghargai diri kita sendiri. hal tersebut bukan berarti menyerah, tetapi merasa sudah cukup dengan usaha yang dilakukan, sehingga tidak ada salahnya untuk melangkah.

secara tidak langsung, kata-kata tersebut menyuruh kita untuk berpikir realistis dan tidak mengedepankan ego kita...

anak perempuan itu mencoba untuk berpikir realistis sekarang. berpikir realistis mengenai apa yang dirasakannya, apa yang dirasakannya untuk kotak musik itu.
ia harus berpikir realistis..
bahwa dulu, disaat ia memanggil kotak musik itu, disaat ia benar-benar sedang membutuhkan semangat dari alunan nada bahagia kotak musik itu, kotak musik itu tidak menoleh sama sekali, kotak musik itu malah memberinya alunan nada yang asing baginya, alunan nada kesedihan, sehingga ia mau tidak mau harus melaluinya sendiri.
bahwa dulu, dengan mudahnya, kotak musik itu menggantikan posisi anak perempuan itu, dengan mudahnya kotak musik itu memindahkan peruntukkan alunan nadanya untuk anak perempuan lain, bukan untuk dirinya lagi, atau bahkan mungkin memang sebenarnya tidak pernah diperuntukkan untuk anak perempuan itu, kotak musik itu hanya bermain-main saja dengannya.
bahwa dulu, kotak musik itu seperti tidak menganggap semua usaha yang telah dilakukan oleh anak perempuan itu, seperti semua yang telah mereka alami tidak ada artinya sama sekali.
bahwa dulu, kotak musik itu dengan mudahnya melupakan anak perempuan itu, melupakan bahwa anak perempuan itu pun memiliki rasa, memiliki hati, dan memiliki nadanya sendiri yang selalu ia berikan untuk kotak musik itu.

sulit memang untuk berpikir realistis jika yang harus dilawannya adalah hati. hal tersebut lah yang membuat anak perempuan itu, hingga saat ini, masih tidak tahu apa yang harus dirasakannya, apa yang boleh dirasakannya. banyak sekali yang ia pertimbangkan saat ini. termasuk perihal hati, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa alunan nada yang didengarkan olehnya, masih tetap berasal dari kotak musik itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS